SAUR SEPUH

"Untuk menjadi besar, inginkanlah yang besar, dengan mengerjakan yang penting"

Rabu, 04 Juni 2008

Markas FPI diserbu ?




Sejak pukul lima tadi pagi kita dibuat untuk tidak beranjak dari hadapan TV karena takut kehilangan moment menyaksikan secara live sekitar 1500 personel kepolisian dalam uniform lengkap mencoba masuk ke Markas FPI di Petamburan . Bak ada hajatan besar seperti dalam adengan film . Momen ini sekaligus menepis anggapan selama ini bahwa kandang FPI untouchable bagi aparat kepolisian dan Bapak Kapolda Adang Firman membuktikan keseriusannya walaupun jumlah aparat yang dikerahkan sangat pantastis untuk ukuran 10 orang tersangka.
Sebagai warganegara kita tentu tidak ingin setiap perbedaan pendapat diselesaikan secara kekerasan dalam bentuk dalih apapun, disisi lain perbedaan pendapat tidak pula harus diekspose secara demonstratif oleh pihak pihak yang tidak terlibat ataupun tidak memahami substansi masalah yang dipersoalkan khususnya oleh umat islam sehingga tidak memancing emosi. Kemerdekaan beragama di Indonesia sangat dijamin keberadaannya dalam format dasar negara Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sehingga tidak perlu ada kekhawatiran saudara saudara kita yang beragama non Islam. Islam sangat menghargai perbedaan pandangan dalam hal keyakinan beragama dan ini secara tegas bahkan oleh Allah swt sendiri dinyatakan" Tidak ada paksaan dalam agama", "bagimu agamamu, bagiku agamaku" masing pihak berhak dan syah saja mengklaim agamanyalah yang paling benar.
Persoalannya menjadi sangat berbeda manakala terjadi perbedaan pandangan dalam kalangan internal umat beragama, dimana pihak pihak luar sebaiknya tidak ikut memperkeruh suasana karena secara substansi sangat diyakini tidak memahami pokok persoalannya. Insiden Monas yang terjadi pada Minggu pagi, menurut hemat saya terjadi karena dipicu oleh intervensi pihak luar terhadap persoaalan Ahmaddiyah yang secara tegas telah dinyatakan sesat oleh MUI. Lambatnya dan berlarut larutnya penyelesaian pemerintah terhadap Ahmaddiyah tak pelak ikut memicu konflik sampai di akar rumput.
Kekerasan yang terjadi hampir disetiap pengerahan massa sangat impulsif sifatnya tergantung sikon yang dihadapi. bayangkan saja aparat kepolisian yang telah dididik khusus dalam jangka waktu lama untuk menangani berbagai demonstrasi terkadang masih sangat emosional seperti yang kita lihat dalam insiden penyerbuan kampus Unnas. Begitu juga yang terjadi dalam keributan rapat paripurna DPR dengan sangat jelas kita menyaksikan sekali lagi perbedaan pendapat diikuti dengan kekerasan fisik. dalam konteks ini sangat dimaklumi jika warga sipil atau mahasiswa terkadang tersulut emosinya sehingga memicu terjadinya kekerasan. Bahkan dualisme kepemimpinan dalam tubuh PKB pun menimbulkan bentrokan fisik dari kedua kubu (kubu Gus Dur dan kubu Muhaimin).
Yang patut disesalkan dikalangan intern ummat islam khususnya saya katakan Pengikut Gus Dur (karena NU dibawah Pak Hasyim Mujadi telah secara tegas menyatakan Ahmaddiyah telah keluar dari akidah Islam) dengan alasan kebangsaan, negara tidak dapat membubarkan Ahmaddiyah , oleh karena itu perlu membentuk aliansi dengan non muslim (AKKBB) dan secara demonstratif harus show of force di Monas segala. Tahukah pak Kiai bahwa aksi tersebut sangat melukai perasaan kalangan ummat islam dan dalam jangka panjang sangat membahayakan akidah ummat islam ? bukankah tugas pemimpin ummat apalagi kiai adalah menyelamatkan ummatnya dunia dan akhirat? mengapa demikian ? Tahukah anda aksi demonstratif di Monas secara defakto berarti pengikut Gusdur mengakui eksistensi dan membenarkan akidah Ahmaddiyah? lantas bagaimana penghargaan kita terhadap keputusan MUI yang dianggap sebagai warrosatunanbiyaa ?
Oleh karena itu menurut hemat saya sikap kita khususnya ummat islam terhadap Ahmaddiyah adalah samikna waatokna terhadap keputusan tertinggi ummat (MUI) dan menghindarkan diri dalam segala macam bentuk intimidasi dan kekerasan apalagi sampai membakar mesjid dlsb.
Sedangkan bagi saudara saudara kita non muslim dihimbau untuk tidak melibatkan diri dalam urusan internal ummat beragama karena dikhawatirkan semakin memperkeruh jalan penyelesaiannya. Kita serahkan semuanya kepada mekanisme yang berlaku di masing masing internal ummat beragama, setuju?
Tugas kita semua ummat islam baik umaro apalagi kiai untuk mengingatkan saudara kita Ahmaddiyah untuk bertobat dan kembali ke akidah Islam. Semudah itukah ? tentu saja jauh dari kemudahan , paling tidak kita terhindar dari murka Allah " Takutlah kamu terhadap murkah Allah yang tidak hanya menimpa orang orang yang zholim saja" kepada Allahlah hendaknya kita senantiasa berserah diri, mudah mudahan para pemimpin ummat yang saat ini sedang alpa agar senantiasa diberi petunjuk sehingga dapat membawa ummat ini kejalan yang diridhoi bukan jalan orang orang yang tersesat. Amin